Lompat ke konten

Mahasiswa UPI, Teliti Seren Taun Leuit Si Jimat di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar sebagai Resiliensi dalam Mewujudkan Indonesia menjadi Poros Agraris Dunia

Tim Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) meneliti Seren Taun Leuit Si Jimat di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar sebagai Resiliensi dalam Mewujudkan Indonesia menjadi Poros Agraris Dunia. Penelitian ini dilakukan oleh Gilang Arya Alghifari sebagai ketua pelaksana,  Mia Desiany dan Trisha Fauziah Zahra sebagai anggota.  Penelitian ini, dibimbing oleh Dosen Muhammad Iqbal, S.Pd., M.Si dan berhasil meraih pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH).

Para mahasiswa melihat, Petani merupakan aspek penting dalam perkembangan bangsa Indonesia. Karena pada dasarnya setiap individu memerlukan berbagai kebutuhan hidupnya, dalam hal ini Petani berperan penting bagi penyedia kebutuhan primer. Di setiap bangsa di penjuru dunia, Petani telah membantu memenuhi kebutuhan primer berupa pangan bagi kebutuhan negaranya. Pada sisi lain, terlihat berbagai fenomena dalam masalah petani dan pertanian di Indonesia. Merujuk pada Data Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya selama 10 tahun terakhir. Jika tren ini terus berlanjut maka tidak menutup kemungkinan pada 50 tahun mendatang Indonesia akan berpotensi kehilangan petani akibat krisis regerenasi petani. Krisis Petani berbanding terbalik dengan kondisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mahasiswa UPI mengangkat permasalahan pada regerenasi petani dengan menggaungkan kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat. Penelitian ini berupaya menjawab pada resiliensi dalam mewujudkan program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia. Penelitian ini dilakukan di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar yang  memiliki budaya lokal yang unik karena berpegang teguh pada filosofi “yang menanam yang akan bertahan” yang dimaknai sebagai rambu kewaspadaan untuk seluruh elemen kehidupan bangsa yang saat ini dihadapi oleh masalah krisis petani serta berbagai masalah pangan lainnya.

Gilang Arya Alghifari selaku ketua tim peneliti menjelaskan secara umum tujuan penelitian ini untuk memberikan sumbangsih pemikiran mahasiswa terkait kajian tentang ethnoscience dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia dengan mengacu kepada nilai kearifan lokal pada Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar yang ada pada salah satu kebudayaan Seren Taun Leuit Si Jimat. Secara khusus, tujuan penelitian ini untuk mengetahui makna filosofi dari Seren Taun Leuit Si Jimat yang ada pada Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar terkait dengan menjawab krisis Petani, mengetahui bentuk dari adaptasi krisis pangan dan petani di Kampung Kasepuhan Ciptagelar dengan berdasar kepada Seren Taun Leuit Si Jimat serta mengenalkan Seren Taun Leuit Si Jimat sebagai bentuk dari perwujudan Indonesia menjadi Poros Agraris Dunia.

Lebih lenjut, Gilang Arya Alghifari mengungkapkan manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan untuk menambah wawasan atau pengetahuan masyarakat luas terkait bentuk dari filosofi Seren Taun Leuit Si Jimat dalam meresiliensi program pemerintah menjadikan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia. Secara praktis, penelitian ini diharapkan untuk memberikan jawaban atas krisis petani dengan berbasis kearifan lokal sunda yaitu mengacu pada Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar.

Selama 3 bulan melakukan penelitian, para mahasiswa dan dosen pembimbing, mendapatkan hasil dan temuan penelitian pada aspek ekonomi dan aspek pendidikan. Pada aspek ekonomi masyarakat, pelaksanaan kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat dalam sistem pertanian di Indonesia merupakan suatu bentuk resiliensi dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Agraris Dunia, yang mana untuk mewujudkan hal tersebut Indonesia perlu mandiri secara pangan sehingga dapat mengurangi produksi impor beras. Terdapat beberapa filosofi dari kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat yang ada di Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar yang dapat membantu Indonesia dalam mewujudkan hal tersebut, diantaranya Sistem kepemilikan tanah yang dikelola bersama, sehingga semua lahan pertanian terjaga dengan baik dan tidak terjadi pengalihfungsian lahan.

Selanjutnya, Siklus panen padi berbeda dari pola pertanian intensifikasi, yaitu dengan melalukan panen satu kali dalam setahun dalam waktu 5-6 bulan dan selebihnya lahan pertanian di istirahatkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan keselarasan alam sehingga dapat kualitas hasil pertanian terjamin.  Setiap anggota keluarga memiliki lumbung padi (leuit) sendiri yang berada di depan rumah masing-masing sehingga masyarakat tidak pernah mengalami kelaparan.  Memiliki bank genetik dari berbagai varietas padi yang terawetkan di dalam lumbung yang ada di seluruh wilayah Kasepuhan Ciptagelar.

Selain pada aspek ekonomi, penelitian ini memberikan manfaat terhadap aspek pendidikan, yang mana dengan mengangkat topik ini dapat mengedukasi bahwa kearifan lokal Seren Taun Leuit Si Jimat sebagai modal sosial masyarakat Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar mampu menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan pangan. Selain itu, prosesi yang dilaksanakan dalam tradisi Seren Taun dapat menjadi sumber belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengenai kekayaan dan pluralitas masyarakat Indonesia. Red. Gilang Arya Alghifari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *